By: Sudono Syueb
Harianindonesiapost.com
Lembayung senja ungu
Kutatap mega merah saga berarak arak
Bersama kelelawar keluar dari sarangnya
Melesat cepat membalap angan
Angan angan kelelawar
Terbang jauh cari makan
di waktu malam
Dalam gelap
Walau tanpa mata
Tak pernah gagal cari sasaran
Karena Tahan telah bekali radar
Yang selalu menemaninya
Sepanjang hayat
Aku sering menunggu
Kelelawar keluar
Dari rumah dekat musholla itu
Sampai koloni terakhir habis
Tapi dia tak ikut keluar
Padahal aku menunggunya
Di setiap lembayung senja
Senja ini dia juga tak keluar
Tapi siapa tahu puluhan tahun ke depan
Dia merasakan
Ada bocah
Menunggunya
Lalu keluar
Sambil tersenyum
Dan berkata:
Kamu terlambat bocah
Angan angannya kapan mas?
Kok cepet jadi puisi?, bisikmu manja dari tanah leluhur yang kau titipkan pada angin laut
Angannya sudah tumbuh 50 tahun yang lalu
Kala itu
Tak sengaja
Aku satu sekolahan bareng kamu
Aku bocah pindahan
Kamu murid sejak kelas satu
Di madradah Muhamnadiyah itu
Di sepotong tanah surga
Sekar Petak namanya
Setiap kulirik
Kamu tersenyum
Cuma aku tidak tahu
Untuk siapa senyum itu
Senyum untuk yg mlirikkah?
Tak ada jawab
Ingin kubertanya padamu
Untuk siapakah senyum itu?
Tapi, aku tak punya nyali
Tuk bertanya langsung
Tinggallah angan angan itu
Kubawa pergi
Ikuti langkah kaki
Sambil merangkul sepi
Aku berdiri
Di sebuah kota terasing
Tak ada yang tahu
Tak ada yang menyapa
Kadang aku mengigau memanggil masa lalu
Sekar Petaaaaak.....
Berpuluh puluh tahun
Kamu baru mengerti
Ada bocah yang selalu menanti
Saat lembayung senja merah saga
Di setangkai tanah Sekar Petak itu
Entah bagaimana
Kamu mendengar igauanku
Danmenyaut, Maaf ya .....
sy tadi sudah mulai mengajar bocah bocah
Di madrasah kita dulu
Hingga tak langsung merespon igauan kamu
Akupun menimpali, Salam untuk sahabatku Sekar Petak ya...!
"Insya Allah", jawabmu..
Ingin kupeluk masa lalu
Bersama bayang bayang
Sekar Petak
Tuk menghapus rinduku padamu
Selama 50 tahun
Tak pernah bertemu
Walau dalam sedetik waktu
Tapi...
Masih adakah Sekar Petak itu?
Setangkai tanah surga
Bumi penuh berkah
Tempat bocah bocah
Belajar mengeja a ba ta tsa
Sinau menulis
a be ce de
Juga belajar menghitung tanda tanda zaman
Serta belajar peradaban
Dan Cinta
Kudengar kau bernisik lembut lewat semilir angin malam,
"Luangkan waktu sedikit saja
mumpung belum di panggil Yang Maha Kuasa
Tuk melihat tanah merah Sekar Petak".
"50 tahun yang lalu sampek hari ini ...
Sekar Petak tetap indah ...
apa lagi bagi yang punya kenangan".
Sidoarjo, 26072020
0 Comments