Oleh: PRPM CENDORO
Editor: Sudono Syueb
Harianindonesiapost.com
1. "𝐵𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛-𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑐𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎 𝑖𝑡𝑢 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑚𝑢𝑛𝑡𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑡𝑖. 𝑀𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑖𝑑𝑎𝑡𝑜 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 , 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖-ℎ𝑎𝑟𝑖.”
2. "𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑎𝑚𝑎, 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑖, 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠, 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑖𝑎𝑡 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑎𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖.”
3. "𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑗𝑢𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑜𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎, 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 ‘𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛-𝑁𝑎𝑡𝑎𝑙’, 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑛𝑎𝑛𝑡𝑖 ‘𝑁𝑎𝑡𝑎𝑙-𝑀𝑎𝑢𝑙𝑖𝑑’, 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑦𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑎𝑔𝑎𝑚𝑎, 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔-𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑙𝑒𝑟, 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑜𝑑𝑜ℎ , 𝑎𝑝𝑎𝑘𝑎ℎ 𝑇𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑛𝑎𝑘, 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑏 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎 𝑎𝑔𝑎𝑚𝑎 𝑖𝑡𝑢 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑖𝑠𝑒𝑛𝑔!”
Itulah beberapa penggalan dari tulisan Buya Hamka terdapat pada buku Dari Hati ke Hati. Sebuah buku kumpulan tulisan Buya Hamka yang dimuat majalah Panjimas periode 1967 – 1981. Buya Hamka yang sudah kita kenal sebagai salah satu ulama besar Indonesia, merupakan salah satu tokoh Islam yang sangat produktif dalam menulis. Beliau bukan saja dikenal sebagai ulama, tapi juga sastrawan, sejarawan dan politikus Islam.
Hal lain yang sangat menarik tertuang dalam buku ini adalah kritik Buya Hamka,terhadap gencarnya kristenisasi dan sekularisme pada awal Orde Baru. Suatu hal yang sangat menampar muka kaum muslimin. Menurutnya, “sikap toleransi umat Islam di Indonesia dibalas dengan tamparan. ” Memang, saat awal Orde Baru, begitu membanjirnya arus kristenisasi yang menurut beliau membonceng Pancasila. Umat Islam ditekan agar menerima kegiatan kristenisasi dengan dalih toleransi, jika tidak, akan mendapat cap anti Pancasila. Kegiatan lain yang dikecam oleh Buya Hamka adalah doa bersama yang menurutnya merusak agama, serta,
“…memaksa orang menelan sesuatu yang berlawanan dengan inti kepercayaannya.”
Gelombang kristenisasi pada saat itu juga ditambah lagi dengan gerakan sekularisasi yang menjangkiti umat Islam. Sehingga beliau berkata dengan keras sekali, bahwa mereka itu adalah pengkhianat-pengkhianat Islam. (Harapan Kepada Pemuda, hal. 142)
Di masa Orde Lama beliau ditahan semena-mena oleh pemerintah Soekarno yang dengan tuduhan kontra revolusi dan anti Pancasila. Penyebabnya adalah Buya Hamka termasuk salah satu politisi dari Masyumi yang memperjuangkan Islam sebagai dasar Negara, anti komunis dan menentang demokrasi terpimpin Soekarno. Maka menarik, dalam buku ini kita lihat tulisan beliau yang menegaskan ia dan umat Islam tidak anti pancasila, karena pokok pangkal segala sila ialah percaya kepada Tuhan, dan Tuhan itu esa adanya. Tidak beranak, tidak dia diperanakkan, tidak dia satu dalam tiga dan tiga dalam satu (Ketuhanan Yang Maha Esa, hal 242). Dan menurut beliau, sila-sila dalam Pancasila tidak bertentangan dengan Islam. Disinilah tampak, Buya Hamka begitu gerah dengan tuduhan umat Islam anti Pancasila, karena dikatakan bahwa umat Islam setengah hati menerima Pancasila, atau umat Islam hendak mengganti Pancasila dengan yang lain. Namun Buya Hamka malah menganggap orang yang menuduh demikian adalah pancasilais munafik.
Tuduhan tuduhan yang dialami Buya Hamka di atas hampir sama persis dengan yang dialami umat Islam ini. Semoga kita bisa meneladani prinsip hidup Buya Hamka dan semoga Allah selalu memberi kita ketabahan.
Sumber: PRPM CENDORO
0 Comments