Oleh : Ihsanuddin.
(Alumni Ponpes YTP, Kertosono)
Harianindonesiapost.com Malam itu pak Giman tampak hilang semangat, pikirannya melayang-layang entah sampai langit yang keberapa. Sebentar-sebentar menghela nafasnya panjang seakan ada sesuatu yang menyumbat pada saluran pernafasannya.
Mungkin pak Giman kecapean karena seharian mempersiapkan dagangannya yang berupa makanan matengan , ada nasi , kopi , dan lainnya .
Sakitkah dia...? ,
Atau ada hal lain yang mengganggu , sehingga pak Giman kehilangan semangatnya...
Dalam kesendiriannya itu, datang seorang pembeli dan tiba-tiba nyeletuk : " Lho, warungnya kok tanpa kursi pak...? tanya orang itu setengah heran.
Pak Giman tak segara menjawab, beliau hanya tersenyum kecut sambil menggelengkan kepala.
"Emangnya kenapa pak". tanya orang itu.
"Sampean itu belum tahu, atau pura-pura tidak tahu...?, Jawab pak Giman .
"Benar pak, saya tidak tahu". kata orang itu singkat .
"Bukankah sekarang sudah diberlakukan PSBB, jadi mulai saat ini warung saya hanya boleh melayani pembeli untuk dibawa pulang, lihat tuh , gak boleh pasang kursi......".
"Ooooo itu to yang bikin bapak tampak murung...?" . kata orang itu.
"Bagaimana tidak murung, warung ini merupakan sumber penghasilanku satu-satunya, dan kalau puasa warung ini cuma buka saat menjelang berbuka hingga waktu sahur, itu saja sudah kembang-kempis, sekarang malah gak boleh pasang kursi....., Hemmmm.... .... rasanya tamat deh..........".
"Lho...?! bukannya seperti bapak ini mendapatkan BLT...?, bapak kan termasuk orang yang terdampak diperlakukannya PSBB...???". tanya orang itu.
"Ya seharusnya begitu, itu kalau saya asli warga kota ini , tapi saya kan perantau.............????.
"Emangnya kalau perantau kenapa pak...?" tanya orang itu.
"Ya ..... Ya gak tahulah...." jawab pak Giman singkat.
Begitulah dialog pak Giman dengan calon pembeli satu-satunya dimalam itu....
Setelah pembeli itu pergi, pak Giman pun mulai melamun lagi.
Dalam lamunan pak Giman....:
Wahai virus kecil.....
Mengapa engkau tercipta begitu kecil
Karena terlalu kecil
Hingga mata ini tak mampu melihat meskipun sampai mecicil....
Sebenarnya tak masalah wujudmu yang kecil
Tapi manusia jadi jengkel
Karena engkau terlalu usil
Wahai virus Corona....
Mengapa engkau tak sebesar bola
Hingga kami dapat melihatmu dengan nyata
Walaupun tanpa memakai kacamata...
Dan kami dapat menendangmu seperti bola...
0 Comments