Cak Tamat Sosok Pemersatu
Friday, October 11, 2019
Edit
Oleh *Herry M Joesoef*,
Jurnalis
Harianindonesiapost.com Bagi saya, sosok Haji Tamat Anshory Ismail bukanlah orang “jauh”. Perkenalan dengan beliau terjadi awal tahun 1980-an, ketika saya mulai aktif di Remaja Masjid Al-Falah, Surabaya. Saat itu Cak Tamat, begitu kami akrab menyapa, sudah aktif di Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Jawa Timur yang kantornya juga berada di lingkungan masjid Al-Falah.
Dalam perkembangannya, saya menikahi seorang putri Haji Mohammad Dahlan yang merupakan karib beliau. Bahkan, ketika pada Januari 1988 kami menikah, perjalanan dari rumah menuju tempat resepsi, menggunakan mobil Cak Tamat, dengan beliau sendiri yang mengemudikannya.
Cak Tamat adalah sosok pemersatu. Ia rindu atas persatuan umat Islam, sebagaimana guru politik beliau, M Natsir dan KH Misbach. Hal-hal yang sifatnya mempererat persatuan umat, beliau berada di garda depan. Dakwah dan politik adalah bagian dari strategi perjuangannya. Karena itu, beliau selalu mengapresiasi anak-anak muda yang punya potensi dan punya akses informasi untuk diajak dialog.
Ia adalah sosok pendengar yang baik. Suatu hari di tahun 1992, saya pernah diajak keliling Jawa Timur. Agendanya, menyapa teman-teman yang aktif di DDII untuk berdialog dan saling memberikan masukan di sekitar dakwah dan politik.
Sebagai senior, Cak Tamat tidak segan-segan mendahului dalam menyapa. Beliau aktif menelpon, menyapa, dan menanyakan kabar. Dalam hal perjuangan, beliau adalah sosok motivator dan pengkader yang ngopeni dan telaten. Itulah sebabnya, di sekitar beliau selalu ada kader-kader muda yang suatu saat diorbitkannya.(Sudono Syueb/ed)